BATAM--Sanak keluarga penumpang yang masih hilang akibat Kapal Motor Dumai Express 10 tenggelam di perairan Karimun, Kepulauan Riau, mengharapkan bangkai kapal tersebut diangkat dari dasar laut.

"Saya tak bisa ngomong apa-apa lagi, kecuali berharap angkatlah kapal itu," kata Hermanto (39), di tangga selasar kantor Syahbandar Pelabuhan Domestik Sekupang, Batam, Senin petang setiba dari Tanjung Balai Karimun setelah sepekan lebih mencari dan menunggu kepastian nasib istri dan tiga anaknya.

Dumai Express 10 yang dioperasikan PT Lestari Indomas Bahari, yang dinakhodai Johan Napitupulu berangkat dari Batam, Kepulauan Riau, Minggu (22/11) pagi menuju Bengkalis dan Dumai, Riau, tetapi di perairan Tukong Hiu, Karimun, Kepulauan Riau, karam.

Kini 255 penumpang berhasil diselamatkan nelayan, kapal tanker dan tim SAR, sedang 39 orang penumpang meninggal, dan 36 orang belum diketemukan, termasuk istri Hermanto, Sri Yanti (37) dan tiga anaknya Ronal Alfitra (11), Putri Haryanti (9) dan Aisyah Heryanti (2,5).

Sepekan yang lalu sekitar pukul 07:00, Hermanto yang sehari-hari adalah penyelia dapur masakan Asia pada Hotel Novotel Batam, mengantar istri dan ketiga anaknya naik Dumai Express 10 menuju Dumai untuk melanjutkan perjalanan darat ke Solok, Sumatra Barat, guna merayakan Idul Adha 1430 H.

Sejak mendengar kecelakaan laut, Hermanto bergegas ke Tanjung Balai Karimun. Pada hari pertama ia ikut tim SAR pada sebuah feri yang dipimpin Bupati Karimun Nurdin Basirun dan pada hari terakhir misi SAR, Sabtu pekan lalu, ia bergabung di atas kapal.

Senin siang ketika bersama-sama dengan puluhan anggota keluarga dari 37 korban yang masih dinyatakan hilang, ia mendengar kabar per telepon genggam dari Karimun bahwa pada Senin lewat tengah hari telah diketemukan lagi sesosok jenazah perempuan yang jatidirinya belum dikenali.

Hermanto berharap misi SAR dapat dilanjutkan sampai keempat buah hatinya diketemukan, termasuk dengan mengangkat kapal yang karam.

Upaya pencarian bangkai kapal telah dilakukan pada hari-hari terakhir misi pencarian dan pertolongan (search and resque), namun tingginya gelombang laut dna minimnya peralatan, membuat kegiatan itu belum berhasil.

"Jangankan menjelajah badan kapal. Posisi kapal tersebut pun belum diketahui," kata Ade Kristianto, warga Batam, yang semula berharap tim penyelam dapat membebaskan korban yang terjebak di reruntuhan Dumai Express 10.

Ade kehilangan mertuanya, Yastinar (48) dan keponakannya Gina (8). Seperti Hermanto, Ade berharap kapal yang karam terus dicari, hingga dikemetmukan dan diangkat. "Gunakan alat canggih, misalnya, sonar," katanya.

Tanggung jawab
Dalam pertemuan dengan Kepala Cabang PT Lestari Indomas Bahari Batam Ivan Tan, Kabid Kesyahbandaran Batam Amiruddin serta Kepala Polsek Kesatuan Pelaksana Pengamanan Pelabuhan Sekupang AKP Dasrul Savit, Ade dan kawan-kawan mempertanyakan tanggung jawab agen kapal.

Pertanggungjawaban itu mereka minta sebab dari manivest hanya tercatat 255 penumpang dan anak buah kapal, tetapi jumlah korban selamat, meninggal dan hilang sudah mencapai 331 orang.

Dasrul mengemukakan, kepolisian di Karimun telah menahan nakhoda Dumai Express 10. "Bila dalam penyidikan terdapat indikasi ada unsur kelalaian atau kesengajaan agen di Batam maka hal tersebut akan diproses sesuai dengan hukum," katanya.

Mengenai kemudahan yang diberikan operator Dumai Express, Kacab Lestari Indoamas Bahari mengatakan, tetap akan menggratiskan anggota keluarga korban yang perlu berangkat ke Tanjung Balai Karimun untuk urusan musibah tersebut.

Tentang santunan bagi ahli waris korban luka-luka, dirawat dan meninggal, termasuk yang belum diketemukan, kata Tan maupun Amiruddin, Jasa Raharja telah dan akan memberikan bagi semua penumpang yang tercantum dalam manivest maupun yang tidak.

ant/pur

Posted by deKa i djakarta Monday, November 30, 2009

0 comments

Post a Comment