JAKARTA, Setelah menguat 0,67 persen, kemarin, kurs tengah rupiah versi Bank Indonesia (BI) kembali ke harga akhir pekan lalu (30/10), yakni Rp 9.545 per dollar AS. Pun demikian, para analis masih pesimistis rupiah akan melanjutkan penguatannya. Sebaliknya, rupiah pekan ini masih rentan terhadap isu negatif dari kawasan regional.
Pasar juga mengantisipasi, bank sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed belum akan menaikkan suku bunganya. Begitu pula, Bank Indonesia. "The Fed dan BI agak riskan jika menaikan suku bunga saat ini. Mereka harus memperhatikan kondisi fundamental negara juga kondisi sektor riil," ujar pengamat pasar uang Rosady T. A. Montol.
Bahkan, Kepala Tresuri BCA Branko Windoe, pasar akan lebih memperhatikan isu regional ketimbang BI Rate. Ia menduga, investor akan merealisasikan keuntungan dari obligasi dan saham yang harganya telah naik kencang sejak April lalu. "Bisa jadi, kisaran Rp 9.500 per dollar AS berlaku hingga akhir tahun ini," ramalnya.
Rosady juga sependapat, rupiah akan bergerak stabil di kisaran Rp 9.500 per dollar AS selama sepekan ini. "Bisa dibilang, ini sebagai titik keseimbangan rupiah yang baru. Pasar dan BI akan menjaga level ini agar tidak turun atau naik terlalu jauh," tuturnya.
Ia menambahkan, rupiah memerlukan momentum positif dari kawasan regional plus stimulus di dalam negeri untuk bisa kembali ke kisaran Rp 9.400 per dollar AS.
Rosady dan Branko sepakat, rupiah masih rentan koreksi. Hari ini, Rosady meramal, rupiah akan bergerak di kisaran Rp 9.525 sampai Rp 9.625 per dollar AS. Adapun Branko menduga rupiah akan bergerak antara Rp 9.550-Rp 9.650 per dollar AS.
Editor: Edj
0 comments